Senin, 05 November 2018

UPAYA PEMAJUAN KEBUDAYAAN DENGAN MENJADIKAN KEBUDAYAAN SEBAGAI ARUS UTAMA


Oleh
Y. Setiyo Hadi
(Pembina Yayasan Boemi Poeger Persada)


Latar Belakang
Upaya mengarusutamakan (mainstreaming) dari kebudayaan menjadi isu sentral atau yang utama dari Undang-undang (UU) Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Ada tiga pokok dalam undang-undang tentang Pemajuan Kebudayaan ini, yaitu:
a.       Negara  memajukan  Kebudayaan  Nasional Indonesia  di  tengah  peradaban  dunia  dan  menjadikan Kebudayaan  sebagai  investasi  untuk  membangun  masa depan  dan  peradaban  bangsa  demi  terwujudnya  tujuan nasional  sebagaimana  diamanatkan  oleh  Undang-Undang  Dasar  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1945;
b.      Keberagaman  Kebudayaan  daerah  merupakan kekayaan  dan  identitas  bangsa  yang  sangat  diperlukan untuk  memajukan  Kebudayaan  Nasional  Indonesia  di tengah  dinamika  perkembangan  dunia;
c.       Upaya  memajukan  Kebudayaan  Nasional Indonesia,  diperlukan  langkah  strategis  berupa  upaya Pemajuan  Kebudayaan  melalui  Pelindungan, Pengembangan,  Pemanfaatan,  dan  Pembinaan  guna mewujudkan  masyarakat  Indonesia  yang  berdaulat secara  politik,  berdikari  secara  ekonomi,  dan berkepribadian  dalam  Kebudayaan;
Ketiga pokok tersebut menjadi konsideran dari awal keberadaan UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Konsisderan sebagai uraian mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang dan alasan pembuatan suatu perundang-undangan.
Hal yang penting untuk diketahui dan kemudian dipahami adalah Mengapa Kebudayaan harus dimajukan dengan dijadikan sebagai arus utama (mainstream) dari pembangunan bangsa dan Negara. Kebudayaan sebagai arus utama menjadi dasar utama dari pemahaman tentang upaya Pemajuan Kebudayaan.

Kebudayaan sebagai Arus Utama
Kebudayaan
Pengertian dan pemahaman tentang kebudayaan (culture) tidak terlepas dari proses yang dialami umat manusia di masa lalu. Peristiwa sejarah, sebagai bentuk dari kebudayaan, memiliki dampak jangka panjang yang dirasakan saat ini dan yang akan datang.
Kebudayaan dalam masyarakat memperlihatkan bahwa setiap masyarakat memiliki bentuk, tujuan, dan makna tersendiri bagi suatu masyarakat. Setiap masyarakat mempunyai kemampuan untuk mengekspresikan dirinya, lembaganya, seni, dan pembelajaran dalam upaya menemukan makna hidupnya dan arah perjalanan hidup masyarakat tersebut.
Kebudayaan dalam suatu masyarakat dapat dilihat dalam dua pengertian umum. Pertama, kebudayaan sebagai seluruh jalan hidup yang dilakukan manusia dalam masyarakat. Kedua, kebudayaan sebagai proses penemuan dan usaha kreatif dalam kehidupan manusia.
Kebudayaan manusia bisa dikatakan sebagai kesadaran yang dimiliki manusia dalam mengekspresikan dirinya dalam kehidupan ini.  Keberadaan kebudayaan dalam kehidupan manusia mempelihatkan adanya keterhubungan antara satu unsur dengan unsur lain yang memperlihatkan hal-hal sebagai berikut:
-          Budaya merupakan kumpulan hubungan, nilai, sikap, dan perilaku yang komplek dan luas yang mengikat komunitas tertentu secara sadar maupun tidak sadar;
-          Manusia dilahirkan dalam budaya tertentu dengan nilai dan peluang yang ada dalam kebudayaannya;
-          Kebudayaan memungkinkan perubahan karena kebudayaan dinamis, membentuk, dan dibentuk oleh manusia.

Arus Utama dan Pengarusutamaan
Mainstream atau arus utama dapat dimengerti sebagai ide, sikap atau kegiatan yang dianggap normal sebagai suatu kecenderungan dominan dalam pendapat, mode, atau seni. Secara singkat arus utama (mainstream) dimengerti sebagai suatu yang dianggap utama dan penting keberadaanya.
Pemahaman tentang arus utama atau mainstream mengacu pada aktifitas umum (seperti: bangun pagi, pergi ke kantor, pergi sekolah, makan, pulang). Arus utama dianggap sebagai hal yang umum.
Pengarusutamaan atau mainstreaming merupakan suatu upaya menjadikan sesuatu menjadi mainstream atau yang utama. Cambridge Dictionary mendefinisikan mainstreaming : the process of becoming accepted as normal by most people (proses menjadi diterima seperti biasa oleh kebanyakan orang).
Istilah mainstreaming atau pengarusutamaan pada umumnya dipergunakan dalam dunia pendidikan (education). Pendekatan pengarusutamaan dalam ruang kelas melihat bahwa dunia ini meliputi banyak jenis orang; ada yang berbeda kulit, berbeda agama, gaya rambut beraneka raga, serta kemampuan yang berbeda-beda. Dari berbagai perbedaan ini, dalam pegarusutamaan, diupayakan bagaimana berhasil bekerja sama dengan sukses.

Kebudayaan sebagai Arus utama
Upaya pemajuan kebudayaan pada hakekatnya upaya mainstreaming atau pengarusutamaan kebudaya, yaitu: menjadikan kebudayaan sebagai hal yang umum diterima masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.
Pengarusutamaan kebudayaan dalam kebijakan umum pemerintah berlandaskan dari nilai dan manfaat dari kebudayaan untuk kepentingan nasional. Strategi pengarusutamaan kebudayaan yang bisa diartikan sebagai upaya pemajuan kebudayaan diperlukannya partisipasi seluruh elemen negara dan masyarakat. Hal ini bisa dilakukan dengan adanya kelompok kerja yang menindaklanjut berbagai permasalahan utama dari kebudayaan.
Dialog tentang keanekaragaman budaya dan antar budaya menjadi upaya membangun kesadaran sipil dalam pengarusutamaan kebudayaan / pemajuan kebudayaan. Memahami keberagaman yang melekat dalam diri seseorang menjadi prasyarat bagi memahami keanekaragaman budaya.
Upaya pemetaan partisipatif keanekaragaman kebudayaan penting dilakukan dalam pemajuan kebudayaan sebagai guidance / petunjuk dalam dialog budaya di masyarakat. Pemetaan partisipatif keanekaragaman kebudayaan sebagai upaya mengenali hak dan kewajiban dasar individu untuk mendorong secara bertanggung jawab atas pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai warga negara dalam upaya pemajuan kebudayaan.
Pengertian dan pemahama tentang keanekaragaman (diversity) kebudayaan menjadi prasyarat untuk memahami keanekaragaman kebudayaan di seluruh dunia. Dengan demikian menjadi syarat dialog antar kebudayaan yang tujuannya bukan untuk memaksakan kehendaka sehingga muncul konflik, namun untuk berpartisipasi secara sukarela dalam pemajuan kebudayaan.
Kegiatan yang penting dilakukan adalah diseminasi dan penyaluran pengetahuan tentang keanekaragaman kebudayaan dalam masyarakat Diseminasi (Bahasa Inggris: Dissemination) adalah suatu kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola.

Boemi Poeger, 06 November, 2018

Kamis, 09 Agustus 2018

KITAB NEGARAKRATAGAMA SEBAGAI MEMORY DUNIA



By. Y. Setiyo Hadi
(Boemi Poeger Persada)

Kitab Negarakretagama, yang tertulis pada daun lontar, diakui sebagai Memori Dunia UNESCO. Kitab yang ditulis Empu Prapanca antar tahun 1350 M – 1389 Masehi pada daun lontar ini telah teregister / terdaftar dalam The Memory of the World.
Penetapan Kitab Negarakretagama atau Desawanana menjadi Memori Dunia (Memory of The World) melalui sidang yang diselenggarakan UNESCO antara 18 sampai 21 Juni 2013 di Korea Selatan. Negarakretagama disebut sebagai Description of Country atau Gambaran dari desa-desa (country) yang berasal dari tahun 1365 Masehi.
Program Memory of the World diselenggarakan UNESCO sejak tahun 1992 Masehi. Program ini memiliki tujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan kepedulian kepada kelestarian berbagai catatan dunia yang bersejarah agar terhindar dari kepunahan baik akibat perang, perdagangan ilegal, maupun berbagai ancaman kerusakan lainnya.
Negarakretagama atau Desawarnana, dalam bentuk puisi, ditulis untuk menghormati Raja Hayam Wuruk dari Majapahit. Isinya menceritakan perjalanan raja melalui berbagai wilayah mengetahui kondisi negara dan rakyatnya dari jarak dekat dan untuk memahami masalah mereka secara langsung (blusukan).
Nāgarakrĕtāgama memberi kesaksian tentang pemerintahan seorang raja di Indonesia pada abad ke empat belas di mana ide-ide modern tentang keadilan sosial, kebebasan beragama, dan keselamatan pribadi dan kesejahteraan rakyat sangat dihormati. Ini juga membuktikan sikap demokratis dan keterbukaan otoritas sebelum orang-orang di era yang masih berpegang pada hak mutlak kerajaan.
UNESCO telah memutuskan bahwa Nāgarakrĕtāgama harus dinominasikan untuk dimasukkan ke dalam Daftar Memory of The World sebagai warisan budaya bangsa. Naskah ini, yang disimpan dan dirawat oleh Perpustakaan Nasional Indonesia, dapat dikategorikan sebagai koleksi langka. Nāgarakrĕtāgama, bersama dengan manuskrip-manuskrip berharga lainnya, layak dipertahankan untuk studi, penelitian, dan diseminasi. Beberapa bagian mengandung bahan-bahan penting yang bermanfaat untuk pengembangan kapasitas intelektual, untuk saat ini maupun untuk masa depan, tidak hanya untuk Indonesia tetapi juga untuk kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya.
Pengakuan terhadap Kitab Negarakretagama sebagai memori dunia menjadi Indonesia memiliki dokumen peninggalan sejarah yang diakui dunia internasional.

Jember, 10 Agustus 2018

Minggu, 05 Agustus 2018

BAHASA GAMBAR PRASEJARAH



Oleh
Y. Setiyo Hadi
Boemi Poeger Persada


Aksara menjadi batas antara era sejarah dan prasejarah sebagai alat komunikasi dalam upaya manusia memenuhi berbagai kebutuhan dan kepentingan manusia. Sebelum ditemukan aksara pada masa prasejarah untuk melakukan komunikasi verbalnya manusia menggunakan simbol dan gambar sebagai media komunikasi.

Gambar-gambar prasejarah umumnya ditemukan di tempat hunian prasejarah yang umumnya di gua-gua. Berbagai jejak-jejak prasejarah yang bisa menggambarkan kehidupan manusia Nusantara pada masa prasejarah ditemukannya berbagai gambar atau lukisan di gua-gua yang menyebar di berbagai kepulauan di Nusantara.

Gua-gua yang ditemukan adanya gambar-gambar atau lukisan-lukisan praseja memperlihatkan selain dimanfaatkan sebagai hunian oleh manusia prasejarah sekaligus dijadikan sebagai media menyampaikan pesan dalam sistem komunikasi prasejarah.

Salah satu temuan dari gambar di gua pada tahun 1950-an ditemukan menghiasi dinding gua batu kapur di pulau Maros, Gua Leang-leang, Sulawesi Selatan. Semula diduga berumur sekitar 10.000 tahun, namun gabungan peneliti dari Australia dan Indonesia membuktikan bahwa gambar di gua Leang-leang tersebut telah berumur sekitar 35.000 tahun yang sedikit lebih tua dibanding gambar yang bertema sama di dinding gua Chauvet Prancis dan gua Caliboia Rumania.

Bahasa gambar di gua-gua prasejarah dipergunakan untuk berkomunikasi, baik dengan sesama, dengan lingkungannya, maupun dengan Sang Pencipta.

Jember, 06 Agustus 2018